Berislam Secara Kaffah
Detail Produk
Dalam diri Sarjoko, praktis setidaknya terdapat tiga identitas: Sarjoko yang santri-tradisional, Sarjoko yang menyerap pendidikan modern-rasional, Sarjoko yang kosmopolitan sebagai warga dunia-internet dan media baru. Oleh karena itu, bersiaplah membaca esai yang lekat dengan analisis istinbath hukum fikih tradisional. Itu artinya, sisi diri Sarjoko yang santri sedang menyala-nyala. Jika Anda berjumpa dengan esai yang mengutip-ngutip pendapat para ahli Barat, itu artinya esai tersebut ditulis ketika Sarjoko sedang menyerap tradisi intelektual perguruan tinggi modern. Demikian pula ketika ia sedang ngelantur berdialektika dengan ekosistem digital yang bar-bar, ia hanya sedang berupaya eling lan waspada sebagai cotizen (baca: netizen yang mengedepankan budaya cocot).
Kebetulan atau bukan, pembabakan dalam buku ini juga disusun berurutan sesuai periodisasi kemanusiaan Sarjoko. Pembabakan awal, saat Sarjoko banyak klangenan dengan petualangan masa remajanya di pesantren. Pembabakan tengah, saat Sarjoko mulai name dropping penulis buku-buku berbahasa Inggris. Pembabakan akhir, saat Sarjoko menjadi bebas dengan meleburkan beragam pengalaman kebudayaan yang diserap oleh pancaindranya.
Akan tetapi, yang paling penting dari buku ini, saya kira adalah aura rendah hati. Semua esai yang berakrobat dengan segala pengetahuan serta pengalaman hidup yang kaya, tetap tampil apa adanya, tak terasa menggurui.
—Kalis Mardiasih
*
Judul: Berislam Secara Kaffah; Berakal, Berakhlak, Berbudaya
Penulis: Sarjoko S.
Penerbit: IRCiSoD
ISBN: 978-623-5348-38-4
Tebal: 176 hlm.
Tahun: 2022
Ukuran: 14×20 (cm)